Kehidupan Manusia dan Mental Health

Foto : Mohammad Afifi, M.Pd. (Dosen STAIFA Pamekasan)
Manusia dalam menjalani kehidupan ini tentunya memerlukan bekal kesehatan yang baik. Kesehatan dimaksud adalah meliputi kesehatan fisiologis maupun kesehatan psikologis. Pada umummnya manusia focus pada kesehatan fisiologis mereka semata untuk memenuhi kebutuhan fisiknya seperti makan, minum, dan olahraga. karena kesehatan tersebut tampak kasap mata. Meskipun sebagian yang lain juga berimbang dalam memperhatikan dan menjaga kesehatan psikologis mereka secara seimbang. Sebagian sadar bahwa kesehatan psikologis penting bahkan jauh lebih penting daripada kesehatan fisiologis. Kedua kesehatan tersebut yang berguna untuk memenuhi kebutuhan kebahagiaan dan ketenangan dalam kehidupan manusia.
Bagian dari kesehatan psikologis adalah mental health. Sebuah definisi dari ahli menjelaskan bahwa mental health adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemajuan dirinya (Daradjat, 1983). BErdasar pada definisi tersebut bahwa apabila manusia mampu mewujudkan keharmonisan antara fungsi jiwanya seperti berpikir, merasa, dan lain-lain, serta mereka senantiasa berpikir secara positif dan mampu menghadapi berbagai permasalahan yang terjadi dalam hidupnya.
Ada empat hal yang berpengaruh besar terhadap mental health manusia, yaitu perasaan, pikiran/kecerdasan, kelakuan, dan kesehatan badan. Secara tidak langsung keempat hal tersebut sangat berpengaruh pada kondisi kesehatan mental manusia. Contohnya, manusia yang menderita penyakit strok bertahun-tahun dan tak kunjung sembuh walaupun telah berobat kemana-mana semua telah dicoba olehnya, tetapi tetap saja penyakitnya tak kunjung sembuh, sehingga membuatnya depresi berkepanjangan dan ia menilai bahwa kehidupan yang diberi oleh Allah sungguh tidak adil. Dari contoh tersebut, kita dapat menilai bahwa kondisi kesehatan fisiologis juga dapat memberikan pengaruh yg signifikan terhadap mental health manusia.
Maka pada gilirannya jika manusia tidak menjaga hal-hal yang dapat berdampak negatif dalam mental health mereka, mungkin saja yang akan terjadi gangguan kesehatan mental ataupun penyakit mental dan kejiwaan. Contohnya saja adalah perilaku bunuh diri yang kerap terjadi pada sebagian individu karena tidak mampu mengimbangi permasalah yang ada dalah kehidupan mereka. Perilaku bunuh diri merupakan salah satu ciri bahwa manusia mengalami gangguan pada kesehatan mental mereka, serta mereka tidak mampu menghadapi permasalahan yang dihadapinya secara positif. Adapun penyebabnya adalah bermacam-macam, dapat disebabkan oleh asmara, ekonomi yang melarat, sakit yang tak kunjung sembuh, dan lain sebagainya.
Maka berdasarkan pada hal tersebut di atas, untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri sehingga menyebabkan mental dapat terganggu adalah diperlukannya sikap-sikap penting yang dimiliki oleh setiap individu dalam menentukan mental health. Sikap-sikap tersebut antara lain; 1) sikap menghargai diri sendiri, 2) sikap memahami dan menerima keterbatasan diri sendiri dan keterbatasan orang lain, 3) sikap memahami kenyataan bahwa semua tingkah laku ada penyebabnya, dan 4) sikap memahami dorongan untuk aktualisasi diri. Dari keempat sikap tersebut menjadi upaya penting manusia dalam menjaga mental healthnya agar terhindar dari gangguan.
Di sisi lain juga terdapat hal yang tak kalah penting untuk menjaga mental health yaitu dengan cara meningkatkan religiusitas hidup. Dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa tingkat religiusitas hidup manusia memiliki peranan penting dalam mewujudkan mental health. Hal ini dapat direalisasikan dengan cara mengikuti beberapa kegiatan ritual dan social keagamaan ataupun kegiatan bermanfaat lain agar mendapatkan hidup yang religius, sehingga mental health pun dapat tercermin dalam kehidupan manusia. Kesehatan mentas manusia pada gilirannya akan mengantarkan mereka kehidupan yang bahagia dan penuh makna positif.
Oleh: Mohammad Afifi, M.Pd. (Dosen STAIFA Pamekasan)
Moh. Rodi (Mahasiswa STAIFA Pamekasan)
Editor :mawardi@2021