Tradisi Boyongan Yang Hampir Punah

Sedangkan harinya diadakannya upacara ini adalah pada hari pindahan keluarga penghuni (dalam satu hari/ hari itu juga) atau sehari — dua hari setelah rumah-baru tersebut dihuni. Selamatan demikian dapat diulangi pada hari ke-5 (sepasaran) dan pada hari ke-35 (selapanan).
“Upacara boyong ini diselenggarakan oleh siempunya hajat sedapat-dapatnya bila mungkin diselenggarakan oleh orang (kepala keluarga) yang akan menghuni rumah baru termaksud kalau upacara-upacara yang dahulu dapat “dipikul bersama” oleh famili orang yang berkepentingan.
Maka upacara “boyongan” ini seharusnya diselenggarakan sendiri oleh kepala keluarga yang bakal menghuni rumah baru tersebut.
"Terkecuali bila ternyata orang yang bersangkutan, secara ekonomis tidak mampu benar benar,” ujar sunarto
Namun ada kemungkinan lain yaitu karena jauhnya jarak antara rumah lama (rumah si empunya hajat) dengan lokasi rumah baru daerah disekitar bangunan baru tersebut. Disini dipakai kata “menguasai” dalam arti memiliki pengaruh pribadi di wilayah sekitamya. Pada prinsipnya – prinsip status iapun seorang dukun atau kyai atau ulama
“Untuk melestarikan serta menggali, mencari sisa-sisa tradisi yang sedang dalam proses “ditinggalkan” (proses menyusut). Namun belum punah juga untuk mengingatkan kepada generasi berikut bahwa sejarah budaya kita sangat beragam,” ujar suyanto sang pemilik rumah.(Y2k/3s)
Read more info "Tradisi Boyongan Yang Hampir Punah" on the next page :
Editor :sitirahayu
Source : sigapnews.co.id