Meriahnya Nite Carnaval Surya Ning Bojonegoro

Nite Carnaval Surya Ning Bojonegoro
JATIMNEWS | BOJONEGORO - Sekitar ratusan Mobil hias dan lebih dari 2.000 peserta memeriahkan Bojonegoro Nite Carnival. Gelaran untuk memperingati Hari Jadi Kabupaten Bojonegoro ke 345 ini mengambil tema SURYA NING BOJONEGORO
Warga Kabupaten Bojonegoro dimanjakan dengan pemandangan penuh warna warni dari kostum dan keindahan kearifan lokal mobil hias peserta.
Bojonegoro Night Carnival “Suryaning Bojonegoro” merupakan penggambaran dari eksistensi Bojonegoro pada masa Kerajaan mulai era ratu Tribuwana tunggal dewi sampai dengan Bupati Bojonegoro pada masa penjajahan Jepang.
Berbeda dengan pawai budaya tahun tahun lalu, peserta Bojonegoro Night Carnival bukan hanya diikuti dari unsur pendidikan maupun masyarakat umum saja, melainkan dari unsur organisasi perangkat daerah yang ada dipemerintahan Kabupaten Bojonegoro mulai dari Bupati, Forpimda, Dinas pemerintah daerah, Forkopincam se-kabupaten Bojonegoro, hingga Kepala Desa sekabupaten-Bojonegoro.
Warga terlihat memenuhi jalan jalan rute yang dilalui, nite Carnaval dalam memeriahkan Karnaval Budaya tersebut. Seperti yang di ungkap salah satu pengunjung yang bernama Yati.
“kami datang untuk melihat acara karnaval bersama keluarga, dan teman teman sejawat yang ikut karnaval. Kalau ini diselenggarakan setiap tahun kami pasti akan lihat acara ini ,apa lagi Bupati kami ikut tampil pada acara yang spektakuler ini", ungkap Yati yang merupakan salah satu Warga Bojonegoro
Sejarah Kabupaten Bojonegoro
Masa kehidupan sejarah Indonesia kuno ditandai oleh pengaruh kuat kebudayaan Hindu yang datang dari India sejak abad I yang membedakan warna kehidupan sejarah Indonesia jaman Madya dan jaman Baru. Sedangkan Bojonegoro masih dalam wilayah kekuasaan Majapahit, sampai abad XVI ketika runtuhnya kerajaan Majapahit, kekuasaan pindah ke Demak, Jawa Tengah.
Bojonegoro menjadi wilayah kerajaan Demak, sehingga sejarah Bojonegoro kuno yang bercorak Hindu dengan fakta yang berupa penemuan-penemuan banyak benda peninggalan sejarah asal jaman kuno di wilayah hukum Kabupaten Bojonegoro mulai terbentuk.
Slogan yang tertanam dalam tradisi masyarakat sejak masa Majapahit “sepi ing pamrih, rame ing gawe” tetap dimiliki sampai sekarang.
Bojonegoro sebagai wilayah kerajaan Demak mempunyai loyalitas tinggi terhadap raja dan kerajaan. Kemudian sehubungan dengan berkembangnya budaya baru yaitu Islam, pengaruh budaya Hindu terdesak dan terjadilah pergeseran nilai dan tata masyarakat dari nilai lama Hindu ke nilai baru Islam tanpa disertai gejolak.
Raden Patah, Senopati Jumbun, Adipati Bintoro, diresmikan sebagai raja I awal abad XVI dan sejak itu Bojonegoro menjadi wilayah kedaulatan Demak.
Dalam peralihan kekuasaan yang disertai pergolakan membawa Bojonegoro masuk dalam wilayah kerajaan Pajang dengan raja Raden Jaka Tinggkir Adipati Pajang pada tahun 1568.
Pangeran Benawa, putra Sultan Pajang, Adiwijaya merasa tidak mampu untuk melawan Senopati yang telah merebut kekuasaan Pajang 1587. Maka Senopati memboyong semua benda pusaka kraton Pajang ke Mataram, sehingga Bojonegoro kembali bergeser menjadi wilayah kerajaan Mataram.
Daerah Mataram yang telah diserahkan Sunan Amangkurat kepada VOC berdasarkan perjanjian, adalah pantai utara Pulau Jawa, sehingga merugikan Mataram.
Perjanjian tahun 1677 merupakan kekalahan politik berat bagi Mataram terhadap VOC. Oleh karena itu, status kadipaten pun diubah menjadi kabupaten dengan wedana Bupati Mancanegara Wetan, Mas Toemapel yang juga merangkap sebagai Bupati I yang berkedudukan di Jipang pada tanggal 20 Oktober 1677. Maka tanggal, bulan dan tahun tersebut ditetapkan sebagai HARI JADI KABUPATEN BOJONEGORO.
Pada tahun 1725 Susuhunan Pakubuwono II naik tahta. Tahun itu juga Susuhunan memerintahkan agar Raden Tumenggung Haria Mentahun I memindahkan pusat pemerintahan kabupaten Jipang dari Padangan ke Desa Rajekwesi. Lokasi Rajekwesi ± 10 Km di selatan kota Bojonegoro. Sebagai kenangan pada keberhasilan leluhur yang meninggalkan nama harum bagi Bojonegoro, tidak mengherankan kalau nama Rajekwesi tetap dikenang di dalam hati rakyat Bojonegoro sampai sekarang.[Y2k/3s]
Editor :sitirahayu