Politik Warung Kopi

Politik Warung Kopi
SIGAPNEWS.CO.ID | BOJONEGORO - Perbincangan politik di musim politik adalah hal yang lumrah, maka tak heran isu yang paling seksi untuk menjadi perbincangan adalah isu-isu politik. Apalagi sudah ditemani secangkir kopi dan sebungkus rokok. Indonesia bahkan terlalu kecil untuk dibahas.
Belakangan ini, terasa hambar jika ngopinya hanya di kamar kos atau di rumah, serasa tak mendapatkan fantasi dan imajinasinya. Kebanyakan dari kita lebih memilih janjian bersama teman lalu ngopi di luar. Dan Warung Kopi selalu menjadi pilihan.
Warung kopi adalah ruang publik, dimana kebebasan untuk berbicara dan menuangkan pikiran tak ada larangan. Di situ kita tidak akan dibubarkan oleh polisi atau security kampus. Kritiklah sesukamu, berbicaralah semaumu. Sejauh tak ada delik yang terlanggar.
Tak perlu nonton TV atau membaca koran untuk bisa update, karena di Warung Kopi semua peristiwa dan kejadian terdengar. Mulai dari rapuhnya rumah tangga, sampai terjadinya perselingkuhan.
Bahkan berita tentang banyaknya penggugat perceraian yang ditangani pihak depag tak luput diperbincangkan di Warung Kopi.
Berawal dari diskusi basa-basi diseruput kopi pertama, akan berakhir pada perdebatan siapa mendukung siapa dihisapan rokok pertama. Disinilah Politik Warung Kopi berjalan, kita akan bertarung ide dan menjatuhkan ide lain yang tak masuk akal, memuji kebijakan dan mengkritisi kebijakan yang lain, mengangkat kehebatan calon dan menjatuhkan calon lain yang dianggap keliru.
Budaya membicarakan dan membahas politik di Warung Kopi, membuat akhir-akhir ini sangat sering kita jumpai caleg-caleg dengan rombongannya di Warung Kopi. Sebenarnya bukan karena hanya ingin ngopi, disisi lain caleg ingin mengeluarkan gagasannya dan berinteraksi dari berbagai karakter yang sedang menikmati kopi, karena di Warung Kopi remaja, anak muda, hingga orang tua mudah ditemui.
Untungnya, sejauh ini belum pernah kita dapatkan perkelahian di Warung Kopi karena pembahasan politik, perdebatan mungkin banyak. Itu artinya, memang Warung Kopi adalah ruang dimana publik bisa mendengarkan, bahkan ikut terlibat secara aktif tanpa ragu dalam mengeluarkan pendapat.
Tidak jarang juga, para politisi akhirnya menjadikan Warung Kopi sebagai tempat mereka berkampanye, melakukan lobi-lobi politik, bahkan menemui konstituen tanpa ada rasa takut. Seolah Warung Kopi adalah tempat bagi orang yang menginginkan kebebasan.
Macam-macam pembicaraan pun bisa terjadi di Warung Kopi, dari yang paling umum sampai ke daerah privatpun bisa dibuka luas dan dibahas secara gamblang. Karena tempat menawarkan kebebasan, dosa pun tak jadi masalah.
Realitas hari ini, rata-rata pengunjung Warung Kopi seolah tidak lagi candu pada kopinya, melainkan terpanggil karena diskusinya. Warung Kopi telah dijadikan sebagai media komunikasi politik oleh pengunjung, tim relawan, caleg, pilkada daerah, provinsi sampai capres.
Semakin banyak Warung Kopi yang berdiri, semakin mewabah pula ruang-ruang publik yang menawarkan kebebasan. Karena di Warung Kopi ide-ide cemerlang tertuang tanpa ada intervensi, dan hanya di Warung Kopi perdebatan tanpa pertikaian terjadi.
Jika kebebasan berfikir dan berpendapat sudah sulit didapatkan diruang-ruang kuliah akibat birokrasi yang sudah membatasi ruang gerak mahasiswa, maka tak salah jika Warung Kopi jadi tempat menuangkan pikiran dan pendapat sebagai kampus ke-dua.
Andai benar politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama, kata Bambang Setyawan redaktur sebuah media onlen dibojonegoro, maka membahasnya bersama di Warung Kopi sepertinya seru kawan.(Y2)
Editor :sitirahayu