Bakesbangpol Kabupaten Bojonegoro Gelar Talk Show Edukasi Bahaya Narkotika dan Langkah Pencegahan

Bakesbangpol Kabupaten Bojonegoro Gelar Talk Show Edukasi Bahaya Narkotika dan Langkah Pencegahan
SIGAPNEWS.CO.ID | BOJONEGORO -Perkembangan narkoba di Indonesia tiap tahun kian meningkat. Dibuktikan dari masih banyaknya pengedar dan pengguna yang tertangkap oleh pihak kepolisian yang kini berada di balik jeruji dan menjalani rehabilitasi. Diperlukan langkah-langkah pencegahan terutama bagi generasi milenial yang menjadi sasaran utamanya.
Termasuk di wilayah Jawa Timur kondisinya kian memprihatinkan. Karena itu berbagai upaya pencegahan terus dilakukan, diantaranya melalui sosialisasi seperti Talk show yang digelar oleh Baskesbanpol Kabupaten Bojonegoro yang bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) di Tuban dan Bojonegoro Sabtu (28/Oktober/2023)
Dalam talk show yang membahas berbagai aspek yang mempengaruhi masyarakat untuk mencoba menggunakan dan mengedarkan, serta langkah-langkah preventif itu menghadirkan narasumber BNNK Kabupaten Tuban Sutrisno, Kasat Narkoba Polres Bojonegoro Akp Hadi serta DPC GAN Dr.Tri Astuti Handayani SH, MM, M, hum.Kepala Bakesbanpol Mahmudi S.sos MM. Direktur RSUD Sosro Jati Kusumo Dr. Hernowo.Kasi Pidum Kejaksaan Bojonegoro. Kepala Desa Sukorejo H. Suprayitno
Dalam pemaparannya BNNK Tuban-Bojonegoro Sutrisno menyebut bahwa salah satu alasan masih tingginya angka penyalahgunaan narkoba adalah karena kurangnya edukasi dan pemahaman terhadap bahaya penyalahgunaan dan pengedaran narkoba. Oleh sebab itu tindakan preventif pun diperlukan sebagai langkah pemutusan rantai pengedaran yang berimbas menghilangkan suplai dan demand.
“Tindakan preventif pun perlu dilakukan dalam masyarakat. Ketika orang sudah mengerti risiko dan berbahayanya narkoba maka para pengedar pun akan kesulitan dalam mengedarkannya. Di satu sisi ini bisa menjadi pemutus rantai agar generasi muda tidak terpengaruh dan self controling yang dibekali dengan wawasan tentang bahayanya penyalahgunaan narkotika,” ujar Sutrisno.
Namun dalam satu sisi lainnya, mereka yang sudah menjadi korban tidak semestinya disatukan dengan pengedar dalam satu sel yang sama, dikarenakan berbedanya penanganan dan kebutuhan para korban pemakai narkoba membutuhkan rehabilitasi sehingga mereka bisa berhenti mengkonsumsi narkoba. Sedangkan para pengedar membutuhkan efek jera yang mengakibatkan mereka berhenti untuk mengedarkan ataupun menggunakan.
Setuju dengan Sutrisno .Kasat Narkoba Polres Bojonegoro AKP Hadi menjelaskan bahwa korban harus dibina jangan disatukan dalam satu lapas dengan pengedar karena kebutuhan penanganan yang berbeda. Korban membutuhkan rehabilitasi dan bandar membutuhkan efek jera agar berhenti.
"Sama seperti penyakit, ketika korban disatukan dengan pengedar maka tidak menutup kemungkinan ketika mereka keluar dari rehabilitasi mereka akan menjadi pengedar karena mendapat pergaulan dari pengedar,” kata Akp Hadi.
Selain pemisahan dan penanganan khusus dalam lapas, juga perlu perhatian khusus untuk mereka yang menjadi korban atau pengguna yang telah keluar dari rehabilitasi agar bisa diterima masyarakat dan tidak terjadi kesenjangan sosial yang berlabelkan mantan narapidana.
“Yang disayangkan disini ketika mereka sudah keluar dari pusat rehabilitasi maupun lapas terjadi kesenjangan sosial dalam masyarakat yang menyebabkan mereka merasa insecure dalam menjalankan kehidupan bermasyarakatnya. Maka dari itu kita harus beri mereka kesempatan untuk menjalankan kehidupan bermasyarakat bersama,” ucap Rektor Unigoro Tri Astuti Handayani.
Turut hadir dalam talkshow yang digelar dalam rangka Hari Sumpah Pemuda Tahun 2023. yang diadakan didesa Sukorejo Kecamatan Kota Kabupaten Bojonegoro, Dengan mengambil tema "Mencegah dan Memerangi Narkoba Untuk Menuju Indonesia Emas Tahun 2045.
Sejumlah perwakilan Masyarakat dan Tokoh Desa Sukorejo dan juga dari Organisasi LAN dan GAN Kabupaten Bojonegoro serta LSM dan pemerhati. Acara talkshow ditutup dengan foto bersama .(Y2/3S)
Editor :sitirahayu