Pahlawanku Masa Depanku (Refleksi Tragedi Heroik 10 November)

Foto: Para pahlawan bangsa
Jika sedikit kita mengulas pidato Bung Tomo yang mengintruksikan kepada seluruh rakyat indonesi khususnya penduduk Surabaya, sebab pada hari itu tentara inggris sudah menyebar pamflet agar supaya penduduk Indonesia wajib menyerahkan senjata yang di rebut terhadap tentara Jepang serta di suruh datang membawah bendera merah putih dengan mengangkat tangan sebagai simbol Indonesia sudah menyerah.
Namun persoalan itu di tanggapi dengan tegas dan lantang oleh Bung Tomo dengan bunyi kalimatnya: “selama banteng- banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain merah dan putih, maka selama itu kita tidak akan mau menyerah kepada siapapun juga” lebih baik kita hancur lebur dari pada tidak merdeka sebab semboyan kita tetap: Mati atau Merdeka.
Tentu kisah tersebut dapat kita sadari sebagai bentuk refleksi dalam mengenang perjuangan beliau demi tegak dan utuhnya kemerdekaan sampai saat ini sebagai penikmat sejarah.
Namun kisah tersebut tidak hanya menunjukkan sejarah negara, melainkan juga mengajarkan aksentuasi keteladanan kepada anak- anak Indonesia, seperti kejujuran, kegigihan, pantang menyerah, serta melakukan kewajiban dan hak.
Selain itu juga mengenalkan kepada generasi bangsa sehingga dapat menanamkan nilai- nilai kepahlawanan untuk mengisi kemerdekaan sebagai buah tangan serta pengorbanan dan perjuangan yang di lakukan para pahlawan sehingga bisa termotivasi dan terinspirasi untuk meneruskan perjuangan dan bisa mengenalkan makna hari pahlawan kepada penerus bangsa dalam kehidupan sehari-hari.
Read more info "Pahlawanku Masa Depanku (Refleksi Tragedi Heroik 10 November)" on the next page :
Editor :mawardi@2021