Feature: Perempuan Senja Menjinjing Fajar

Foto: Perempuan Usia Senja
Perempuan itu tercatat sebagai rakyat kecil yang hidup di desa terpencil di kepulauan Madura. Usianya yang makin menua membuat wajahnya makin keriput dan rambutnya kian memutih di belai angin.
Pada tahun 2013 lalu satu cucunya sudah menginjak bangku Madrasah Tsanawiyah Zainul Hasan desa Saobi (Mts. Zainul Hasan) kecamatan Kangayan.
Bibir wanita senja itu mulai mekar, senyumnya sudah mulai mengitari rona wajahnya, melihat cucunya yang bernama Hidayatullah telah masuk kesekolah menengah yang ada di naungan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Darussalam Saobi.
Setiap kali cucunya berangkat kesekolah tak ada kata-kata lain kecuali doa-doa terbaik untuk cucunya yang berusia muda itu.
"Semoga di ijabah cita-citamu nak, semoga terlindung dari bahaya, semoga di kasihi semua orang, semoga menjadi anak yang sukses," ucap wanita senja itu.
Mendengar doa-doa kecil sang nenek anak muda itu kerap kali menangis, karena khawatir dirinya tidak sukses dan tidak mampu membahagiakannya.
Dia memanggilnya "Enya" dan memanggil "Embah" untuk sang kakek yang mendidiknya sejak kecil. Anak muda itu berikrar pada dirinya, bahwa dirinya akan menjadi orang yang sukses dan doa-doa dari neneknya akan di kabulkan oleh yang Maha kuasa.
"Enya, doakan saja cucumu ini, semoga menjadi anak yang sukses dan bisa membahagiakan Enya nanti dan kedua orang tua," sahut pemuda itu saat berpamitan berangkat kesekolah.
Waktu makin menyusut, tahun 2016 kembali membuat mekar senyum sang nenek, hatinya di banjiri kegembiraan, kini cucunya telah lulus di sekolah Mts dan akan masuk ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Ibrahimy yang ada di naungan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo.
Sudah sejak sekolah MI, dia selalu mengupayakan cucunya yang satu itu di mondokan di Pesantren yang di asuh oleh Raden Ibrahimy (KHR. Syamsul Arifin) Sukorejo Situbondo.
Karena harapnya cucunya akan menjadi anak yang berguna bagi umat, lebih-lebih untuk masyarakat Desa Saobi sendiri. Terlepas dari itu dia selalu berdoa, Rizki anak-anaknya semoga di lancarkan dalam menempuh pendidikan.
"Yang rajin belajar nak, semoga Rizki ibu bapakmu lancar sampai kamu menjadi anak yang sukses, menjadi bupati, menjadi menteri agama, dan menjadi dosen," begitu dia mengabadikan pujaan untuk sang cucu.
Sekalipun orang-orang kebanyakan tertawa mendengar doa-doa yang diucapkannya, namun Perempuan Senja yang berdarah muda itu tidak memperhatikan itu selagi apa yang ia lakukan adalah kebaikan bagi orang-orang.
Lambat Laun waktu makin memusat, kini sudah memasuki pertengahan tahun 2018, cucunya bernama Hidayatullah itu Dikabarkan sudah akan menjalani Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di Sekolah Menengah Kejuruan Ibrahimy Sukorejo. Dia segera meneleponnya, dan bertanya kapan akan melakukan Ujian Nasional tersebut. Tak lain, menelpon hanya untuk menanyakan kabar dan mengucapkan doa-doa untuk cucunya.
"Semoga ujiannya di lancarkan nak, semoga di kasihi oleh guru-gurunya, semoga lulus," doa yang terlontar di telepon genggam milik pesantren.
"Amin, Amiin, Amiii," jawab sang cucu kesayangannya itu.
Menyusul dua Minggu kemudian Hidayatullah telah mengikuti UNBK, ia telah dinyatakan lulus sebagai lulusan dengan nilai predikat "Baik" dan resmi menjadi alumni SMK Ibrahimy 1 Sukorejo.
Ia segera mengabarkan kepada neneknya perihal pengumuman kelulusan tersebut. Dia bercerita bahwa dirinya telah menyudahi Ujian Nasional di Sekolah Menengah Kejuruan Ibrahimy Sukorejo Situbondo dan dinyatakan lulus.
Sang nenek yang di panggil Enya Masrini itu merapalkan doa-doa terbaik seraya bersyukur mengucapkan Alhamdulillah, cucu kesayangan telah lulus dari SMK.
"Syukur nak, jangan berhenti sekolah, lanjut kuliah, ibu bapaknya masih muda, semoga rizkinya di lancarkan, dan semoga menjadi anak yang sukses," lagi dan lagi doa itu melontar dari bibirnya.
Begitulah perempuan Senja itu, dia selalu mendoakan yang terbaik dan selalu bersemangat supaya cucu-cucunya menjadi anak yang berpendidikan dan menjadi orang-orang sukses, terpandang, terhormat, mampu mengayomi masyarakat, semangatnya masih muda layaknya wanita-wanita yang masih berdarah segar.
"Seandainya aku masih mampu bekerja dan menghasilkan uang, niscaya aku yang akan menyekolahkan mu nak, tidak usah ayah ibumu," begitu dia memotivasi cucu kesayangannya itu.
Jangankan doa-doa baik untuk cucunya, untuk orang-orang kampung-pun doa-doa baik itu terus menerus di ucapkan. Dia meyakini bahwa anak yang terdidik oleh pendidik akan menjadi fajar bagi umat dan bangsa kelak, begitu dahsyatnya kekuatan doa.
Pamekasan, Sabtu, 27 Agustus 2022.
Editor :mawardi@2021