Boneka Tiga Dimensi (Tengul) Menjadi Icon Bojonegoro

JATIMNEWS | BOJONEGORO - Wayang Thengul merupakan ikon kesenian tradisi wayang golek asli Kabupaten Bojonegoro dan sudah memperoleh pengakuan nasional, karena kesenian ini tumbuhkembangnya di kabupaten Bojonegoro. 

Banyak masyarakat kuno (usia lanjut) pemerhati wayang,kata Thengul berasal dari kata “methentheng” dan “methungul” yang artinya karena terbuat dari kayu berbentuk tiga dimensi, maka “dhalang” harus “methentheng” (tenaga ekstra) mengangkat dengan serius agar “methungul” (muncul dan terlihat penonton)
  
Wayang Thengul hampir mirip dengan wayang golek namun perbedaanmya ialah dari cerita yang diangkat, dan juga sesuai gambaran atau karakter tokoh yang ditampilkan.

Perbedaannya pada Wayang Golek lebih banyak mengangkat cerita dari Wayang Purwa, diantaranya cerita yang diangkat seperti lakon Mahabarata dan juga Ramayana.

Namun lain halnya dengan wayang Thengul  pentasannya banyak mengangkat tentang cerita rakyat, seperti perjalanan para wali, Panji laras, Damar wulan dan masih banyak cerita rakyat yang bisa ditampilkan lewat pagelaran wayang tenggul,dan wayang tengul cara membuat cerita atau lakon sama dengan pagelaran wayang gedog.

Wayang tengul terbuat dari kayu bulat dan tebal, dan dipahat dibentuk seperti boneka bermacam macam aneka,biasanya wajah pahatan dan warna pengecatannya disesuaikan gambaran karakter boneka tengul itu . 

Bagian badannya dibentuk tetap seperti bidang boneka dan dibalut pakaian, namun pinggul sampai kaki dibalut  kain (seperti sarungan).

Cara pementasannya tangan sang dalang masuk ke dalam sarung ,tangan sang dalang sebagai kaki boneka tengul itu. 

Dalang memainkan boneka tengul tersebut dengan ibu jari dan jari telunjuk, sedangkan tiga jari lain memegang tangkai wayang.

Badan (dada)boneka tengul,  biasanya dibuat telanjang, kecuali pada beberapa adegan pelawak atau pahlawan, tetap memakai baju mode sikepan. 

Penampilan pertujukan berbeda dengan wayang kulit. layar (kelir) yang digunakan dibuka lubang kotak di tengahnya, agar penonton juga bisa  menyaksikan dari arah belakang layar atau dapat melihat didepan sang dalang. 

Wayang ini berbentuk boneka 3 dimensi dan biasanya dimainkan dengan diiringi gamelan pelog/slendro.

Jalan cerita yang sering dimainkan dari kesenian ini lebih banyak mengambil cerita menak, seputar kisah Umar Maya, Amir Hamzah, Damar Wulan, Cerita Panji, sejarah Majapahit, dan kisah Betoro Kolo yang biasa dipentaskan untuk ruwatan.

Wintari salah satu penggagas Kampoeng Thengul mengungkapkan, Dengan adanya perkembangan jaman modern, kesenian ataupun budaya yang asli berasal dari Bojonegoro ini harus dilestarikan dan jangan sampai musnah di telan bumi.

“Kampoeng Thengul ini memang kita dirikan dengan bertujuan agar generasi penerus kita bisa lebih kenal, Dan di Kampoeng Thengul ini kita juga mempunyai sanggar tari Thengul dan Alhamdulillah banyak peminat dari kalangan anak – anak untuk belajar menari tarian Thengul khas dari Bojonegoro ini,” tutur perempuan yang juga sebagai Pelatih Tari Elya Ardiana. Sabtu (23/7/2022).

Sementara itu, Camat Margomulyo Dyah Enggreini Menjelaskan Kampoeng Thengul merupakan nama dusun dimana awalnya pihaknya ingin memberikan nilai tambah dari seni yang sudah ada embrionya, yaitu dalang sekaligus pembuat wayang thengul, mbak sumarno.

Oleh karena itu, di buatlah Kampoeng Thengul dengan upaya Thengul tidak hanya sebagai pementasan wayang, tetapi mereka juga akan mengangkat Thengul ini menjadi sebuah seni atau budaya yang memberikan nilai ekonomi kepada warga.

“Selain menguri nguri kebudayaan , dengan adanya Kanpoeng tengol ini, juga dapat memberikan edukasi kepada generasi masa kini untuk melestarikan dan mencintai budaya khas Bojonegoro,” Pungkasnya. (Y2k/3s)